Senin, 11 Februari 2013

ASKEP NAPZA



LAPORAN PENDAHULUAN
I.       KASUS (MASALAH UTAMA)

Gangguan penggunaan napza


II.    PROSES TERJADINYA MASALAH

Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.
  1. Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkanoleh remaja dengangangguan penggunaan zat adiktif.
Respon adaptif                                                                        Respon maladaptive


 
Gambar 1: Rentang respon penggunaan zat adiktif
1.      Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.      Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
3.      Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi.
4.      Penyalahgunaan zat adiktif  ialah:
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
5.      Ketergantungan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.

  1. Faktor pendukung
    1. Faktor biologis
a.       Genetic: tendensi keluarga
b.      Infeksi pada organ otak
c.       Penyakit kronis
    1. Faktor psikologis
a.       Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%)
b.      Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.
c.       Disfungsi keluarga
d.      Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman
e.       Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang
f.       Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.
g.      Rasa bermusuhan dengan orang tua
    1. Faktor social cultural
a.       Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja, alkohol
b.      Norma kebudayaan
c.       Adiktif untuk upacara adat
d.      Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80 %)
e.       Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat
f.       Remaja yang lari dari rumah
g.      Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini
h.      Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal
  1. Stressor presipitasi
    1. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%)
    2. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
    3. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
    4. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
    5. Kompleksitas dari kehidupan modern
  2. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan / ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :
    1. Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll
    2. Kesibukan orang tua
    3. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik
  1. Tingkah laku
    1. Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
a.       Menurunnya sifat menahan diri
b.      Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
c.       Bicara cadel, bertele-tele
d.      Sering datang ke dokter untuk minta resep
e.       Kurang perhatian
f.       Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan
g.      Gangguan dalam daya pertimbangan
h.      Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian.
i.        Meningkatkan rasa percaya diri
    1. Tingkah laku klien pengguna ganja
a.       Kontrol didi menurun bahkan hilang
b.      Menurunnya motivasi perubahan diri
c.       Ephoria ringan
    1. Tingkah laku klien pengguna alcohol
a.       Sikap bermusuhan
b.      Kadang bersikap murung, berdiam
c.       Kontrol diri menurun
d.      Suara keras, bicara cadel,dan kacau
e.       Agresi
f.       Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu
g.      Partisipasi di lingkungan social kurang
h.      Daya pertimbangan menurun
i.        Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan
j.        Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.
    1. Tingkah laku klien pengguna opioda
a.       Terkantuk-kantuk
b.      Bicara cadel
c.       Koordinasi motorik terganggu
d.      Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
e.       Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
f.       Kontrol diri kurang
    1. Tingkah laku klien pengguna kokain
a.       Hiperaktif
b.      Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
c.       Iritabilitas
d.      Halusinasi dan waham
e.       Kewaspadaan yang berlebihan
f.       Sangat tegang
g.      Gelisah, insomnia
h.      Tampak membesar –besarkan sesuatu
i.        Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid
    1. Tingkah laku klien pengguna halusinogen
a.       tingkah laku tidak dapat diramalkan
b.      Tingkah laku merusak diri sendiri
c.       Halusinasi, ilusi
d.      Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
e.       Sikap merasa diri benar
f.       Kewaspadaan meningkat
g.      Depersonalisasi
h.      Pengalaman yang gaib/ ajaib
  1. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
    1. denial dari masalah
    2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
    3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
  1. Data khusus
    1. jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
    2. Sering menggunakan
    3. Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral)
    4. Dosis terakhir digunakan
    5. Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll)
    6. Dampak bila tidak menggunakan
    7. Jika over dosis, berapa beratnya
    8. Stressor dalam hidupnya
    9. Sistem dukungan (keluarga, social, finansial)
    10. tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif
    11. Tingkah laku manipulatif

III.             POHON MASALAH: 
Resti Menciderai Diri

Intoksikasi                  (CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri
Atau
Koping Mal Adaptif

IV.             DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ancaman kehidupan
a.       Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah berhubungan dengan pemutusan zat opioda
b.      Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
c.       Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik
d.      Panik berhubungan dengan putus zat alkohol
2.      Intoksikasi
a.         Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja
b.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan  intoksikasi sedatif hipnotik, alcohol, opioda
3.      Withdrawl
a.       Perubahan proses piker: waham berhubungan dengan putus zat alcohol, sedatif, hipnotik
b.      Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda, MDMA: extasy
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan putus zat opioda

4.      Pasca detoksikasi
a.       Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
b.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri.
c.       Resiko melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan tehadap zat adiktif

Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :
1.      Resiko tinggi menciderai diri sendiri berhubungan dengan intoksikasi
2.      Intoksikasi berhubungan dengan menarik diri
3.      Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan konsep diri
4.      Harga diri rendah berhubungan dengan koping mal adaptif

V.                RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.      Kondisi overdosis
a.       Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
-          Observasi tanda – tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam pertama, 30 menit pada 3 jam kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya
-          Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat
-          Observasi keseimbangan cairan
-          Menjaga keselamatan diri klien
-          Menemani klien
-          Fiksasi bila perlu
2.      Kondisi intoksikasi
Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan berkurang/hilang
Rencana tindakan:
a.       Membentuk hubungan saling percaya
b.      Mengkaji tingkat kecemasan klien
c.       Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah dimengerti
d.      Dengarkan klien berbicara
e.       Sering gunakan komunikasi terapeutik
f.       Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji, memberi jawaban nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap tegas, hangat dan bersahabat
3.      Kondisi withdrawl
a.       Observasi tanda- tanda kejang
b.      Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut
c.       Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi: terutama untuk menuunkan perasaa yang disebabkan masalah ini: takut, curiga, cemas, gembira berlebihan, benarkan persepsi yang salah
d.      Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti nyeri

4.      Kondisi detoksikasi
a.       Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi
b.      Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual klien selama ini yang menyimpang, ditujukan agar klien menjadi manusia yang bertanggung jawab, sehat mental, rasa bersyukur, dan optimis
c.       Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan bekerja sama dengan pekerja social, psikolog.








Daftar pustaka:
1.      Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B, 1992, Mental Health and Psichiatric Nursing, Philadelpia, J.B.,Lippincott Company, Chapter 8
2.      Shults. Y.M. 1968,Manual of Psichiatric Nursing Care Plans, Boston, Little.Brown and Company, Chapter 20,21,22.
3.      Stuart, G.W.,dan Sundeen, S.J., 1991, Pocket Guide to Psichyatric Nursing, (2nd,ed), St. Louis Mosby Year Book, Chapter 17.
4.      Stuart, Gail W.,1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih bahasa Yani, Achir, Edisi 3, Jakarta, EGC
5.      Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI, Jakarta, gaya baru

ASKEP DEPRESI


LAPORAN PENDAHULUAN


I.       MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi.

II.    PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai­nya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedah­an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.









III.  A. POHON MASALAH



Resiko mencederai diri
 
 
                                                                                                      Akibat
 

Text Box: Gangguan alam perasaan: depresi                           
                                                                   Core problem

                                                            
Koping maladaptif

 
                                                                                                 
                                                                                                 Penyebab                                                                                   
                            

  1. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.      Gangguan alam perasaan: depresi
a.       Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b.      Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang‑kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis.Proses berpikir terlambat, seolah‑olah pikirannya kosong, konsentrasi tergang­gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang‑kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

2.      Koping maladaptif
a.       DS      : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b.      DO     : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2.      Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V.    RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.      Tujuan khusus
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1.    Perkenalkan diri dengan klien
1.2.    Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
1.3.    Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
1.4.    Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
1.5.    Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
1.6.    Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

2.      Klien dapat menggunakan koping adaptif
2.1.      Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2.2.      Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
2.3.      Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
2.4.      Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
2.5.      Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
2.6.      Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
2.7.       Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

3.      Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
3.1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2.      Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3.      Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
3.4.      Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

4.   Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2.   Kaji dan kerahkan sumber‑sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal‑hal untuk diselesaikan).

5.   Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
5.1.   Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber ekstemal individu (orang‑orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
5.2.   Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3.   Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).

6.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
          6.1.  Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
6.2.   Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
6.3.   Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
6.4.   Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.